BOGOR-KITA.com - Letak
Kelurahan Pakansari berdekatan langsung dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten
Bogor. Kelurahan ini berkembang pesat karena banyak pengaruh dari
pembangunan di sekitar pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Berikut profil
dan kinerja Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
Sabar dan tekun menjadi kata kunci Asnari, S.Sos
(49) dalam meniti karir sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Setelah berkarir
selama 23 tahun, ia mulai merasakan hasilnya. Dan terbukti sejak 14 Mei 2012
pria asli Cibinong ini dipercaya sebagai Lurah Kelurahan Pakansari,
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. “Saya tidak menyangka karir saya
bisa seperti sekarang ini,” tutur Asnari kepada Zakaria Zainuddin
dari bogor-kita.com.
Bagi Asnari karir ini bukan segalanya. Artinya
sebagai PNS, ia sudah terbiasa berkeringat, bekerja dalam kondisi apa
pun. Ia bukan orang yang mudah terkejut, jika berhasil tenang, menghadapi
kesulitan juga tenang. Bahkan, menurutnya, karirnya sekarang ini adalah
bentuk tangungjawab yang semakin besar kepada masyarakat.
Kini, ia memimpin institusi pemerintahan
kelurahan. Setidaknya yang menjadi tanggungjawabnya adalah 33.164 jiwa atau
9.869 kepala keluarga yang terdapat di Kelurahan Pakansari dengan luas wilayah
mencapai 521,5 hektar. Sebagai fungsi pelayanan, kelurahan yang dipimpinnya
harus memberi yang terbaik. Sebagai fungsi pemimpin, ia memiliki pemikiran
untuk mendorong masyarakatnya agar lebih mandiri secara ekonomi. Apalagi,
kelurahan ini berdekatan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor yang memberi
pengaruh besar terhadap kemajuan wilayah dan masyarakatnya. ”Ini
yang menjadi tantangan saya sekarang ini,” paparnya bersemangat.
Asnari memulai karir PNS-nya dari bawah. Dalam
usia 21 tahun pada tahun 1984, ia sudah menjadi Sekretaris Desa Pondok Rajeg,
Kabupaten Bogor. Kemudian pada tahun 1989 ia diterima dalam seleksi
penerimaan PNS dengan posisi golongan 1. Golongan 1 ini lazimnya untuk
PNS dengan pendidikan tamatan sekolah dasar (SD). Karirnya dimulai sebagai
penjaga sekolah.
Sesungguhnya Asnari adalah tamatan sekolah
menengah atas (SMA). ”Tetapi saya pakai ijazah SD, karena formasi PNS
yang ada waktu itu khusus untuk yang berijazah SD,” katanya. Meski
demikian ia sadar dengan karirnya, apalagi didorong istri dan teman-teman
dekatnya supaya melanjutkan pendidikan tingginya. Di tengah kesibukannya
sebagai PNS, ayah dari tiga anak laki-laki ini meneruskan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi dan lulus S-1 tahun 2001.
Asnari pun pernah mengikuti pertarungan Pilkades
Desa Pondok Rajeg tahun 1995. ”Peraturan waktu itu membolehkan PNS
mencalonkan diri menjadi Kades,” kata Asnari menjelaskan. Ternyata ia
memenangkan pilkades tersebut dan menjadi Kades Pondok Rajeg dari tahun
1995 – 2001. Pada tahun 2001 terjadi pemekaran wilayah, di mana Cibinong
ditingkatkan status wilayahnya menjadi Ibukota Kabupaten Bogor. Desa-desa yang
ada di Cibinong pada waktu itu kemudian meningkat menjadi kelurahan, termasuk
Desa Pondok Rajeg menjadi Kelurahan Pondok Rajeg.
Perubahan ini ikut mengubah perjalanan karir
Asnari. Walau tidak lagi sebagai kades, pada tahun 2001 itu ia
ditempatkan sebagai pelaksana Trantib Kecamatan Cibinong. Kemudian menjadi
Kepala Seksi (Kasi) Trantib Kelurahan Pabuaran pada tahun 2005 – 2008. Pada
tahun 2008 – 2012 Asnari dipindahkan di Kelurahan Pakansari, dengan
jabatan yang sama seperti sebelumnya sebagai Kasi Trantib. Karirnya terus
meningkat pada Januari 2012 – 14 Mei 2012 menjadi Sekretaris Kelurahan (Sekel)
Kelurahan Harapan Jaya. Asnari kemudian diangkat menjadi Lurah Pakansari pada
14 Mei 2012.
Dengan latar belakang ini terlihat kesabaran dan
ketekunan Asnari menjalankan karirnya hingga ditunjuk sebagai Kepala
Pemerintahan Kelurahan Pakansari. Penunjukan ini pun menurutnya, di luar
perkiraannya. ”Selama ini saya selalu bekerja dan bekerja sesuai tugas pokok
dan fungsi (tupoksi),” katanya.
BOGOR-KITA.com
- Letak Kelurahan Pakansari berdekatan langsung dengan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Bogor. Kelurahan ini berkembang pesat karena
banyak pengaruh dari pembangunan di sekitar pusat pemerintahan
Kabupaten Bogor. Berikut profil dan kinerja Kelurahan Pakansari Kecamatan
Cibinong Kabupaten Bogor.
”Letak yang strategis ini membuat Kelurahan
Pakansari mengalami perkembangan yang cukup pesat,” kata Asnari, S.Sos, Lurah
Kelurahan Pakansari kepada bogor-kita.com.
Namun pesatnya perkembangan itu menyebabkan
perubahan pada masyarakatnya. Salah satunya adalah mata pencaharian warganya.
”Tadinya kelurahan ini adalah kawasan pertanian yang kemudian berkembang pesat
menjadi kawasan pemukiman. Karena itu mata pencaharian warga
beralih ke sektor jasa,” kata Asnari.
Mereka menjadi pekerja di pabrik yang terdapat di
Pakansari maupun di pabrik yang terdapat di berbagai kelurahan yang ada di
Kecamatan Cibinong. Tak kalah pentingnya, menurut Asnari, banyak juga yang
menjadi wiraswasta kecil-kecilan, seperti membuka usaha bengkel, pembuat
kue, toko kelontong, dan sebagainya. Mereka membutuhkan modal dan akses pasar.
”Mereka ini harus diberi jalan keluar. Selama ini mereka membuka usaha sebatas
untuk bertahan menyambung hidup. Artinya penghasilan hari ini untuk hari ini.
Untuk itu mereka harus diberi pemahaman dalam pengelolaan tertib
administrasi keuangan. Jangan dicampur aduk antara belanja kebutuhan dapur dengan
omset harian, misalnya,” kata Asnari memberi contoh sederhana.
Di sisi lain perkembangan pesat itu terjadi
pula pada peningkatan jumlah warganya. Karena terdapat lima developer
besar yang membangun perumahan untuk masyarakat menengah atas maupun bawah di
wilayahnya. Mereka adalah masyarakat perkotaan yang menjadi warga Kelurahan
Pakansari, tetapi bekerja di Jakarta. Sebagian lagi bekerja di berbagai
instansi pemerintahan di Kabupaten Bogor.
Luas wilayah Kelurahan Pakansari mencapai 521,5
hektar, dengan jumlah penduduk 33.164 jiwa atau 9.869 kepala keluarga, terdiri
13 Rukun Warga (RW) dan 76 Rukun Tetangga (RT). Sebagai Kepala Pemerintahan
Kelurahan, menurut Asnari, ia harus akomodatif dalam melayani warga
yang heterogen tersebut. ”Pelayanan itu harus sesuai tupoksi, baik itu
pelayanan pembangunan, pemerintahan masyarakat, maupun pelayanan administrasi
kependudukan,” jelas Asnari.
Untuk itu, menurut Asnari, koordinasi antar RT dan
RW menjadi sangat penting. Bagaimana pun yang paling memahami warga adalah
Ketua RT, kemudian Ketua RW menunggu laporan RT untuk disampaikan lebih
lanjut ke tingkat kelurahan. ”Misalnya, ada warga yang menderita penyakit
serius tetapi terkendala oleh keuangan untuk berobat, jika ada laporan dari RT
dan RW, maka kami akan segera membantu memfasilitasi melalui
program jamkesda,” papar Asnari sambil mengatakan bukan saja persoalan
kesehatan, tetapi juga menyangkut keamanan warga dan berbagai persoalan sosial
kemasyarakatan lainnya. ”Babinsa dan Babinkamtibmas akan membantu jika warga
membutuhkan pelayanan keamanan, termasuk juga pelayanan puskesmas jika gejala
penyakit demam berdarah mewabah untuk dilakukan penyemprotan,” jelasnya lagi.
Karena itulah, kata Asnari lebih lanjut, selain
pendekatan formal, dia juga harus rajin memenuhi undangan warga dalam
berbagai perayaan hari-hari besar. ”Saya harus sering melakukan silaturahmi,
karena silaturahmi merupakan forum penting untuk dekat dengan tokoh dan
masyarakat. Tujuannya agar kedekatan dengan warga (RT dan RW red), dengan
kader PKK, Posyandu, dan sebagainya semakin baik,” kata Asnari.
Namun yang menjadi kendala bagi Asnari, bahkan
masih sulit untuk dilaksanakan adalah mengakomodir warganya yang membuka usaha
untuk memperoleh bantuan permodalan dan manajemen. ”Menurut saya mereka harus
dibantu dalam pengelolaan usahanya,” harap Asnari.
BOGOR-KITA.com
- Letak Kelurahan Pakansari berdekatan langsung dengan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Bogor. Kelurahan ini berkembang pesat karena
banyak pengaruh dari pembangunan di sekitar pusat pemerintahan
Kabupaten Bogor. Berikut harapan Asnari, Lurah Kelurahan Pakansari kepada
lembaga keuangan mikro untuk mendukung usaha warganya.
Asnari, Lurah Kelurahan Pakansari mengalami
kesulitan dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakatnya. Seperti yang
dijelaskan tulisan bagian 2 bahwa warganya banyak yang menekuni
usaha di sektor jasa seperti membuka usaha bengkel, pembuat kue, toko
kelontong, dan sebagainya.
Sejauh ini dalam pengamatannya, cara berpikir
sebagian besar warga tersebut dalam membuka usaha sekedar untuk survival.
”Artinya penghasilan hari ini untuk hari ini juga. Administrasi keuangan mereka
masih sangat tradisional. Untuk belanja kebutuhan dapur misalnya, diambil
dari uang omset hari itu juga. Maka usaha mereka sering jalan di tempat alias
tidak berkembang maju,” keluhnya.
Dalam bayangan Asnari ada
lembaga keuangan mikro yang peduli dengan kondisi tersebut. Mereka
memberi pinjaman kredit untuk modal usaha, tapi pendekatannya bukan seperti
bank yang mewajibkan jaminan. ”Lembaga keuangan mikro itu akan jemput
bola, setiap hari menagih langsung cicilan pinjaman lunaknya sambil
melatih tertib admistrasi keuangan si peminjam. Dengan demikian diharapkan
warga dapat mengubah cara berpikir untuk masa depan usahanya,” papar Asnari
menjelaskan harapannya.
Pihak kelurahan akan
memfasilitasi lembaga keuangan mikro itu jika tertarik membangun
kemandirian ekononomi warganya. Dengan adanya lembaga keuangan mikro itu dapat
mencegah peminjaman uang dari perorangan yang sering menawarkan dengan bunga
tinggi. ”Mereka ini sering memanfaatkan warga yang terdesak modal usaha,” papar
Asnari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar