Selasa, 23 Oktober 2012

Profil Kelurahan Pakansari



BOGOR-KITA.com - Letak Kelurahan Pakansari berdekatan langsung dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor. Kelurahan ini berkembang pesat karena  banyak pengaruh dari  pembangunan di sekitar pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Berikut profil dan kinerja Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
Sabar dan tekun menjadi kata kunci Asnari, S.Sos (49) dalam meniti karir sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Setelah berkarir selama 23 tahun, ia mulai merasakan hasilnya. Dan terbukti sejak 14 Mei 2012 pria asli  Cibinong ini dipercaya sebagai Lurah Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. “Saya tidak menyangka karir saya bisa  seperti sekarang ini,” tutur Asnari kepada Zakaria Zainuddin dari bogor-kita.com.
Bagi Asnari karir ini bukan segalanya. Artinya sebagai PNS, ia sudah terbiasa berkeringat, bekerja dalam kondisi apa pun.  Ia bukan orang yang mudah terkejut, jika berhasil tenang, menghadapi kesulitan juga tenang. Bahkan, menurutnya,  karirnya sekarang ini adalah bentuk  tangungjawab yang semakin besar kepada masyarakat.
Kini,  ia memimpin institusi pemerintahan kelurahan. Setidaknya yang menjadi tanggungjawabnya adalah 33.164 jiwa atau 9.869 kepala keluarga yang terdapat di Kelurahan Pakansari dengan luas wilayah mencapai 521,5 hektar. Sebagai fungsi pelayanan, kelurahan yang dipimpinnya harus memberi yang terbaik. Sebagai fungsi pemimpin, ia memiliki pemikiran untuk mendorong masyarakatnya agar lebih mandiri secara ekonomi. Apalagi, kelurahan ini berdekatan dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor yang memberi pengaruh besar terhadap kemajuan  wilayah dan masyarakatnya.  ”Ini yang menjadi tantangan saya sekarang ini,” paparnya bersemangat.
Asnari memulai karir PNS-nya dari bawah. Dalam usia 21 tahun pada tahun 1984, ia sudah menjadi Sekretaris Desa Pondok Rajeg, Kabupaten Bogor.  Kemudian pada tahun 1989 ia diterima dalam seleksi penerimaan PNS dengan posisi golongan 1. Golongan 1 ini lazimnya untuk  PNS dengan pendidikan tamatan sekolah dasar (SD). Karirnya dimulai sebagai penjaga sekolah.
Sesungguhnya Asnari adalah tamatan sekolah menengah  atas (SMA). ”Tetapi saya pakai ijazah SD, karena formasi PNS yang ada  waktu itu khusus untuk yang berijazah SD,” katanya. Meski demikian ia sadar dengan karirnya, apalagi didorong istri dan teman-teman dekatnya supaya melanjutkan pendidikan tingginya.  Di tengah kesibukannya sebagai PNS, ayah dari tiga anak laki-laki ini meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan lulus S-1 tahun 2001.
Asnari pun pernah mengikuti pertarungan Pilkades Desa Pondok Rajeg tahun 1995. ”Peraturan waktu itu membolehkan PNS  mencalonkan diri menjadi Kades,” kata Asnari menjelaskan.  Ternyata ia memenangkan pilkades tersebut dan menjadi Kades Pondok Rajeg  dari tahun 1995 – 2001. Pada tahun 2001 terjadi pemekaran wilayah, di mana Cibinong ditingkatkan status wilayahnya menjadi Ibukota Kabupaten Bogor. Desa-desa yang ada di Cibinong pada waktu itu kemudian meningkat menjadi kelurahan, termasuk Desa Pondok Rajeg menjadi Kelurahan Pondok Rajeg.
Perubahan ini ikut mengubah perjalanan karir Asnari. Walau tidak lagi sebagai kades, pada tahun 2001 itu  ia ditempatkan sebagai pelaksana Trantib Kecamatan Cibinong. Kemudian menjadi Kepala Seksi (Kasi) Trantib Kelurahan Pabuaran pada tahun 2005 – 2008. Pada tahun 2008 – 2012 Asnari dipindahkan di Kelurahan Pakansari,  dengan jabatan yang sama seperti sebelumnya sebagai Kasi Trantib. Karirnya terus meningkat pada Januari 2012 – 14 Mei 2012 menjadi Sekretaris Kelurahan (Sekel) Kelurahan Harapan Jaya. Asnari kemudian diangkat menjadi Lurah Pakansari pada 14 Mei 2012.
Dengan latar belakang ini terlihat kesabaran dan ketekunan Asnari menjalankan karirnya hingga ditunjuk sebagai Kepala Pemerintahan Kelurahan Pakansari. Penunjukan ini pun menurutnya, di luar perkiraannya. ”Selama ini saya selalu bekerja dan bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi),” katanya.
BOGOR-KITA.com - Letak Kelurahan Pakansari berdekatan langsung dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor. Kelurahan ini berkembang pesat karena  banyak pengaruh dari  pembangunan di sekitar pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Berikut profil dan kinerja Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
”Letak yang strategis ini membuat  Kelurahan Pakansari mengalami perkembangan yang cukup pesat,” kata Asnari, S.Sos, Lurah Kelurahan Pakansari kepada bogor-kita.com.
Namun pesatnya perkembangan itu  menyebabkan perubahan pada masyarakatnya. Salah satunya adalah mata pencaharian warganya. ”Tadinya kelurahan ini adalah kawasan pertanian yang kemudian berkembang pesat menjadi kawasan pemukiman. Karena itu mata pencaharian warga  beralih  ke sektor jasa,” kata Asnari.
Mereka menjadi pekerja di pabrik yang terdapat di Pakansari maupun di pabrik yang terdapat di berbagai kelurahan yang ada di Kecamatan Cibinong. Tak kalah pentingnya, menurut Asnari, banyak juga yang menjadi wiraswasta kecil-kecilan, seperti membuka usaha  bengkel, pembuat kue, toko kelontong, dan sebagainya. Mereka membutuhkan modal dan akses pasar. ”Mereka ini harus diberi jalan keluar. Selama ini mereka membuka usaha sebatas untuk bertahan menyambung hidup. Artinya penghasilan hari ini untuk hari ini. Untuk itu mereka harus diberi pemahaman dalam pengelolaan  tertib administrasi keuangan. Jangan dicampur aduk antara belanja kebutuhan dapur dengan omset harian, misalnya,” kata Asnari memberi contoh sederhana.
Di sisi lain  perkembangan pesat itu terjadi pula pada peningkatan  jumlah warganya. Karena terdapat lima developer besar yang membangun perumahan untuk masyarakat menengah atas maupun bawah di wilayahnya. Mereka adalah masyarakat perkotaan yang menjadi warga Kelurahan Pakansari, tetapi bekerja di Jakarta. Sebagian lagi bekerja di berbagai instansi pemerintahan di Kabupaten Bogor.
Luas wilayah Kelurahan Pakansari mencapai 521,5 hektar, dengan jumlah penduduk 33.164 jiwa atau 9.869 kepala keluarga, terdiri 13 Rukun Warga (RW) dan 76 Rukun Tetangga (RT). Sebagai Kepala Pemerintahan Kelurahan, menurut Asnari, ia  harus akomodatif dalam melayani warga  yang heterogen tersebut. ”Pelayanan itu harus sesuai tupoksi, baik itu pelayanan pembangunan, pemerintahan masyarakat, maupun pelayanan administrasi kependudukan,” jelas Asnari.
Untuk itu, menurut Asnari, koordinasi antar RT dan RW menjadi sangat penting. Bagaimana pun yang paling memahami warga adalah Ketua RT, kemudian  Ketua RW menunggu laporan RT untuk disampaikan lebih lanjut ke tingkat kelurahan. ”Misalnya, ada warga yang menderita penyakit serius tetapi terkendala oleh keuangan untuk berobat, jika ada laporan dari RT dan  RW,  maka kami akan segera membantu memfasilitasi melalui program jamkesda,” papar Asnari sambil mengatakan bukan saja persoalan kesehatan, tetapi juga menyangkut keamanan warga dan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan lainnya. ”Babinsa dan Babinkamtibmas akan membantu jika warga membutuhkan pelayanan keamanan, termasuk juga pelayanan puskesmas jika gejala penyakit demam berdarah mewabah untuk dilakukan penyemprotan,” jelasnya lagi.
Karena itulah, kata Asnari lebih lanjut, selain pendekatan formal, dia  juga harus rajin memenuhi undangan warga dalam berbagai perayaan hari-hari besar. ”Saya harus sering melakukan silaturahmi, karena silaturahmi merupakan forum penting untuk dekat dengan tokoh dan masyarakat. Tujuannya agar kedekatan  dengan warga (RT dan RW red), dengan kader PKK, Posyandu, dan sebagainya semakin baik,” kata Asnari.
Namun yang menjadi kendala bagi Asnari, bahkan masih sulit untuk dilaksanakan adalah mengakomodir warganya yang membuka usaha untuk memperoleh bantuan permodalan dan manajemen. ”Menurut saya mereka harus dibantu dalam pengelolaan usahanya,” harap Asnari.
BOGOR-KITA.com - Letak Kelurahan Pakansari berdekatan langsung dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor. Kelurahan ini berkembang pesat karena  banyak pengaruh dari  pembangunan di sekitar pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Berikut harapan Asnari, Lurah Kelurahan Pakansari kepada lembaga keuangan mikro untuk mendukung usaha warganya.
Asnari, Lurah Kelurahan Pakansari  mengalami kesulitan dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakatnya. Seperti yang dijelaskan tulisan  bagian 2  bahwa warganya banyak yang menekuni usaha di sektor jasa seperti membuka usaha  bengkel, pembuat kue, toko kelontong, dan sebagainya.
Sejauh ini dalam pengamatannya, cara berpikir sebagian besar  warga tersebut dalam membuka usaha sekedar untuk survival. ”Artinya penghasilan hari ini untuk hari ini juga. Administrasi keuangan mereka masih sangat tradisional. Untuk belanja  kebutuhan dapur misalnya, diambil dari uang omset hari itu juga. Maka usaha mereka sering jalan di tempat alias tidak berkembang maju,” keluhnya.
Dalam bayangan Asnari ada lembaga keuangan mikro yang peduli  dengan kondisi tersebut. Mereka memberi pinjaman kredit untuk modal usaha, tapi pendekatannya bukan seperti bank yang mewajibkan jaminan.  ”Lembaga keuangan mikro itu akan jemput bola, setiap hari  menagih langsung cicilan pinjaman lunaknya sambil melatih tertib admistrasi keuangan si peminjam. Dengan demikian diharapkan warga dapat mengubah cara berpikir untuk masa depan usahanya,” papar Asnari menjelaskan harapannya.
Pihak kelurahan akan memfasilitasi lembaga keuangan mikro itu jika tertarik  membangun kemandirian ekononomi warganya. Dengan adanya lembaga keuangan mikro itu dapat mencegah peminjaman uang dari perorangan yang sering menawarkan dengan bunga tinggi. ”Mereka ini sering memanfaatkan warga yang terdesak modal usaha,” papar Asnari.